Friday, October 21, 2016

Explore Tulungagung ft. Formasta Surabaya

by. irm, mhf45, & sept [exploretulungagungteam]
Pagi ini tak seperti pagi yang ia harapkan, kepanikan mulai melanda karena merasa waktu telah mengejarnya. Namun semangat yang layaknya burung elang itu ia tetap optimis akan hari ini. Sabtu, 23 Juli 2016 hari yang telah lama dinantikan. Dengan langkah tergesa-gesa menuju tempat titik awal keberangkatan Tulungagung Adventure menggunakan kaki mesin beroda dua. Menempuh perjalanan dengan angan-angan yang menjulang tinggi, hingga tanpa sadar, ia sudah tiba ditempat yang dituju.
Hari yang benar-benar sangat luar biasa, sejak lama ini dipersiapkan bersama seluruh anggota tim yang begitu luar biasa mengeksekusi setiap sisipan kegiatan. Pancaran semangat sinar mata menunjukkan seluruh peserta telah siap untuk eksplorasi kekayaan alam kota Tulungagung. Banyak hal yang sangat menarik tentang Tulungagung tetapi hanya sedikit orang yang tahu dan bisa merasakannya. Surga terindah dari Tulungagung yang begitu menakjubkan.

Entah sudah berapa lama ia menantikan ini. Bersama komunitas yang memiliki visi dan misi yang sama, ia akan melaksanakan beberapa perjalanan. Tujuan pertamanya adalah pusat pembuatan Batik Gajah Mada. Perjalanan yang begitu menyenangkan tak menyurutkan semangatnya dengan anggota yang lain, mereka semua sangat menyukai perjalanan ini karena kebersamaan saat melakukannya. Gambaran keseruan terlintas sepintas terbayangakan hingga setiap detik bergulir menjadi menit yang membuat mereka beranjak dari titik point keberangkatan.

Seluruh intruksi komando telah didengungkan, semua panitia sudah bersiap dipos yang arahakan. Dengan perlahan aya kita berangakat, rasa semangat selalu menggelora mengingat perjalan panjang hari ini adalah untuk sebuah pengalaman bersama seluruh anak muda Tulungagung ekplorasi kekayaaan alam dan budaya yang ada di Tulungagung.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama sampailah ditempat tujuan awal yaitu pembuatan Batik Gajah Mada, salah satu usaha tekstil batik khas yang ada di Tulungagung tepatnya didesa Mojosari kecamatan Kauman. Disini mengetahui ia banyak hal, mulai dari jenis Batik, proses pembuatan dan bahan apa saja yang digunakan untuk membuat Batik. Dibenaknya yang membuatnnya bertanya-tanya bangaimana bisa kain yang berwarna putih polos dapat ber-revolusi menjadi suatu karya yang membuat takjub setiap pasang mata yang memandangnya. Sekarang ia memahami satu hal, bahwa suatu proses yang rumit dan jika dilakukan dengan hal yang sungguh-sungguh tak akan sia-sia. 
Jam terus berdetik dan waktu akan selalu berjalan, perjalanan masih panjang tak hanya sampai disitu. Waduk Wonorejo akan menjadi korban perjalanan selanjutnya. Tapi kali ini bukan hanya menikmati suasana waduk melainkan masuk kedalam terowongan yang ada dibawah Bendungan. Dengan terik matahari yang kian lama kian menyengat ia mempercepat laju mesin beroda dua itu dengan semangatnya. Kali ini adalah pertama kalinya ia masuk ke dalam terowongan yang tak setiap orang dapat masuk kedalamnya
Dengan gerakan tangan yang cekatan ia segera menghentikan laju roda dua itu saat ia telah tiba didekat Bendungan. Menurut informasi yang telah ia dengar, terowongan yang akan ia kunjungi kali ini dengan panjang ±700Meter dan berada ±300Meter di bawah permukaan air bendungan. Ternyata benar adanya bahwa orang  umum tidak dapat masuk kedalam Terowongan itu tanpa surat izin. Karena terowongan itu memiliki fungsi tersendiri, sehingga tidak sembarang orang bisa masuk.

Sama halnya saat masuk keterowongan, dalam keadaan gelap dan dengan usaha yang tak pernah luntur ia melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah, dengan usaha yang tak sia-sia ia dapat melihat cahaya yang berada di ujung lorong.  Seperti melewati fase yang sulit dan gelap namun dengan usaha hingga tetes demi tetes keringat pun berjatuhan tanpa ia sadari itu membuahkan hasil, yaitu munculnya cahaya yang membuatnya keluar melihat dunia lebih indah.

Cahaya matahari yang kian lama kian tenggelam juga disertai dengan semburat jingga menandakan bahwa waktu telah menunjukan bahwa untuk saatnya pulang, namun seolah hati berkata tidak. Ia tetap melanjutkan perjalanan, kebetualan kali ini adalah tujuan yang terakhir. Ranu Gumbolo menjadi tujuan terakhir, tempat yang juga tak jauh dari Waduk Wonorejo. 
Dengan mengenakan jaket yang ia bawa setidaknya dapat mengurangi hembusan udara dingin yang menerpa tubuhnya, udara yang terasa kian lama semakin dingin membuatnya kurang fokus pada perjalanannya, namun karena tekatnya yang bulat akan hari ini ia tetap menjutkan apa yang telah ia tetapkan dari awal.

Semangat yang awalnya mulai sedikit goyah kini telah kembali, saat sepasang matanya telah menangkap sekumpulan air yang diatasnya terpantulkan lukisan alam dari sang surya yang mulai tenggelam, bebarapa pantulan dari pohon pinus yang berada disekitar tepi danau. Pemandangan yang baru saja dilihatnya adalah sebuah keindahan  yang tak pernah ia lukiskan dengan sebait kata, karena hanya sang Tuhan pencipta alam yang dapat melakukannya.

Apa yang ia fikirkan dari awal perjalanan kini menjadi kenyatan. Mengawali hari dengan pikiran positif akan  berdampak positif pula, tidak ada hari buruk yang ada hanyalah pikiran yang buruk. Keindahan dan pengalaman adalah hal yang paling ia sukai. Ia memang hanyalah seorang pemuda desa dari kota kecil namun ia memiliki pemikiran dan impian yang tak ada habisnya. Keberaniannya untuk melangkah, menggapai mimpi serta harapan patut dicontoh. Hanya dengan malakukan perjalanan satu hari, ia dapat mengerti arti dari mimpi dan harapan.

Mimpi dan juga harapan sama seperti orang kebanyakan. Di setiap mimpi kita selalu disertai sebuah harapan. Saat ini hanya satu mimpi yang ingin ia wujudkan yaitu membuat kota kelahirannya ini menjadi lebih baik dan lebih maju, entah sampai kapan ia akan tetap melangkah dan bermimpi. Yang terpenting menyakini, bahwa usaha yang dilakukan untuk kota tercinta Tulungagung. Kisah perjalanan bukanlah hanya kisah yang menggambarkan kesenangan melainkan pengalaman yang tak pernah ternilai harganya.
Visi yang begitu luar biasa seorang anak muda yang begitu mencintai kotanya, segala jerih payah ia keluarkan tanpa ragu mengorbankan. Yakin itulah salah satu kuncinya, hari ini esok, lusa, dan seterusnya adalah awal masa depan yang siap ia kobarkan untuk kemajuan bersama. Tulungagung disini kami dilahirkan dan disini kami dibesarkan “we love Tulungagung”.

1 comment: